Minggu, 22 November 2020

Kemanusiaan & Rasa Empati

Memaknai Rasa Kemanusiaan & Empati Di Masa Pandemi Di Samping Krisisnya Kedua Rasa Itu

Maraknya kasus pembunuhan, pelecehan seksual, pembegalan motor, dan pencurian yang kini menjadi viral di tengah keadaan pandemi memicu berbagai pihak untuk beradu argumentasi. Masa pandemi yang semestinya digunakan sebagai pembelajaran rasa empati dan evaluasi diri, justru digunakan sebagai sarana menutup diri dari rasa kemanusiaan & empati. Kasus yang tengah marak dan menjadi perbincangan hangat masyarakat, seakan-akan telah membuktikan adanya mati rasa dan sisi kemanusiaan dari pelaku, serta menumbuhkan rasa empati dari masyarakat pendengarnya. Ya, walaupun kita tidak mengetahui masyarakat memang benar merasa empati atau hanya berusaha untuk mencari sensasi karena dianggap peduli.

Kasus-kasus yang kian marak merupakan tindak kriminalitas dari berbagai sisi dinamika kehidupan, ya memang benar bahkan sebelum terjadi pandemi tindakan kriminalitas di Indonesia memang sudah kerap kali terjadi. Namun di masa pandemi ini terjadi peningkatan. Hal tersebut diwarnai dengan berbagai latar belakang kasus yang berbeda, ada yang disebabkan dampak dari krisis ekonomi, adanya rasa balas dendam, hingga tingkat frustasi yang tinggi.

Jika hal tersebut dikaitkan dengan sisi kemanusiaan dan rasa empati, sudah tentu bahwa tindakan tersebut sangat tidak memandang sisi kemanusiaan dan juga rasa empati. Dari segi kemanusiaan, sebagai contoh adalah kasus pembunuhan dan pelecehan seksual. Apapun itu motif nya, dari sisi manapun yang melatar belakangi nya itu sudah jelas bahwa tidak ada rasa menghargai manusia dari sisi hak nya. Kasus pembunuhan berarti merampas nyawa orang dan mengambil hak hidup dari orang tersebut, apakah itu ang dinamakan kemanusiaan? Tidak, hal itu sangat terlihat tidak adanya rasa memanusiakan manusia terlebih lagi jika pelaku melakukan mutilasi, sungguh tidak ada rasa empati sedikit pun. Kasus pelecehan seksual ini kerap kali terjadi dengan motif yang beragam, tindakan ini juga termasuk contoh tindakan yang tidak menghargai rasa kemanusiaan dan empati terlebih lagi melakukan hal tersebut disertai dengan tindakan kekerasan. 

Lalu bagaimana arti kemanusiaan dan empati yang sebenarnya?  Menurut pemikiran saya tentang kemanusiaan dan empati adalah dua hal yang memiliki keterkaitan rasa, dimana kemanusiaan adalah bentuk rasa menghargai dari kesetaraan hak yang dimiliki setiap manusia, Kemanusiaan bukan hanya perilah hak hidup dari seseorang, namun juga rasa menghargai setiap hak yang dimiliki manusia dan merupakan sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai yang menjadi panutan atau pedoman dari manusia. Sedangkan empati adalah bentuk respon aktif dari emosionalitas orang lain dan berusaha untuk simpati sehingga mencoba untuk merasakan dan memahami dari suatu perspektif orang lain. 

Coba kita renungkan, jika semua manusia yang ada di dunia ini sudah tidak ada yang memiliki rasa kemusiaan dan empati. Ya, tentu saja manusia akan menjadi brutal dan haus akan kepuasan batinnya tanpa memikirkan segi kemanusiaan orang lain dan tanpa memahami rasa empatinya. Jadi kemanusiaan dan empati merupakan dua hal penting yang berpengaruh dalam dinamika kehidupan manusia, bahkan bukan hanya pada hubungan manusia tetapi juga hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Sehingga, apapun keadaannya dan apapun yang melatar belakangi nya kita harus bisa menghargai dan berusaha untuk memiliki rasa empati pada orang lain. Jangan membiarkan hanya ego dan keinginan akan kepuasan menjadikan kita buta akan empati dan kemanusiaan.

2 komentar:

  1. Hallo Majid, salam dari Galuh Maharani.^^
    Izin untuk mengomentari blog kamu ya, menurut aku secara keseluruhan untuk penulisan tanda baca, dan pemilihan kalimatnya udah baik kok. Cuma ada beberapa penulisan huruf kapital yang menurutku kurang tepat, yaitu pada bagian judul. Untuk judul sebaiknya penulisan kata "dan" jangan memakai tanda "&" ya Jid, alangkah baiknya menggunakan "dan" biasa saja supaya menjauhkan kita dari konteks disingkat-singkat, lalu supaya tidak menjadi kebiasaan saat kita menulis sebuah artikel, essai, dan karya tulis lain. Kata bapak guruku, untuk menulis judul atau bagian apapun dari suatu karya tulis, alangkah baiknya menggunakan penulisan baku yang tidak disingkat. ^^

    Kemudian, masih pada bagian judul, penulisan huruf "Di" seharusnya "di" tidak memakai huruf kapital. Karena berdasarkan buku panduan penulisan huruf kapital yang aku pernah baca dan yang diajari guruku dulu untuk judul karya tulis yang memakai kata hubung (di, ke, dari, dan, dengan, dalam, yang, pada, d.l.l.) itu menggunakan huruf kecil bukan kapital. Contoh : "Si Kancil dan Buaya" nah, sehingga kata hubung "dan" itu memakai huruf kecil ya. ^^ Beda lagi kalau menulisnya memakai huruf balok semua, kata hubungnya baru boleh ditulis dengan huruf besar(balok). Contoh: "SI KANCIL DAN BUAYA."

    Kemudian, ada beberapa kata yang masih typo Majid, tapi itu hal lumrah kok. Aku pun bisa memakluminya ^^ Tapi, ku kasih tahu aja ya siapa tahu bisa kamu benahi supaya lebih baik.^^
    1. Pada paragraf ketiga, kalimat keempat yaitu "ang" seharusnya "yang"
    2. Paragraf keempat pada kalimat "Kemanusiaan bukan hanya perilah hak hidup dari seseorang, namun juga rasa menghargai setiap hak..." ada typo "perilah" mungkin maksud kamu "perihal" ya Majid?

    Aku rasa cukup itu aja Majid, terkait komentar yang bisa aku sampaikan. Selebihnya gagasan kamu sudah bagus dan mantap betul, semoga bisa terus dikembangkan dan kita sama-sama dapat ilmu yang bermanfaat yak. Good Job Majidkuuu..., semangat! ^^


    BalasHapus

REVIEW MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SYSTEM THINKING

Berikut ini adalah review modul pembelajaran berbasis system thinking  Reviewer : Karima Majid Modul dibuat oleh : Khoirur Rohmaniatush Shol...